Hutang Tanpa Bunga dan Tanpa Batas Waktu

Aku menemani Jaya pergi menemui ayahnya. Di depan bengkel ayah Jaya, mobil yang dikendarai Jaya berhenti. Tapi Jaya hanya diam sehingga aku menegurnya, "Jaya cepat turun dan hampiri ayahmu."

Jaya kemudian menjawab, "Iya Lina." Lalu dia turun dan menghampiri ayahnya dan menunjuk ke arahku yang ada di dalam mobil. Aku pun lalu turun dan menghampiri Ayah Jaya, "Perkenalkan Om, saya Lina calon istri Jaya."

Terlihat ayah Jaya kaget dan Jaya langsung menjawab, "Lina cuma kenalan saya, Ayah."

Mendengar jawabannya membuatku kesal dan cemberut. Tapi tetap aku jawab, "Iya om, itu maksud saya."


Kami lalu dipersilahkan masuk ke dalam rumah Ayah Jaya. Di sana lagi-lagi Jaya dan ayahnya saling diam dan harus aku yang memulai pembicaraan, "Begini Om, maksud ke datangan kami ke sini. Jaya mau meminta maaf ke om sekaligus memperkenalkan saya."

Jaya lalu bicara, "Saya harap ayah memaafkan saya karena tidak pernah mengabari dan ini Lina, dia ingin singgah dan silahtuhrahmi kebetulan tujuan dia melewati rumah ayah."

Ayah Jaya cuma menjawab dengan singkat, "Iya."

Sepertinya hubungan Jaya dengan ayahnya sangat buruk. Aku juga yakin Ayahnya terpaksa menjawab karena ada aku. Lalu aku mencoba menjauhkan Jaya sebentar agar bisa bicara dengan ayahnya, "Jaya, bukannya kamu ingin pergi menemui Pamanmu?"

Jaya kemudian berdiri, "Iya, Ayah saya pamit sebentar mau menemui Paman dulu."

Ayah Jaya cuma mengangguk. Setelah Jaya sudah pergi aku kemudian segera bicara ke ayah Jaya, "Maaf Om saya lancang, saya dengar dari anak Om, Om punya banyak hutang di Bank?"

Ayah Jaya malah tanya, "Ada apa?"

Tanpa basa basi aku langsung sampaikan keperluanku, "Begini Om, saya bisa pinjami uang buat Om lunasi hutang di Bank dan saya tidak akan mengenakan bunga serta Om kapanpun bisa bayar tanpa ada batas waktu."

Terlihat Ayah Jaya tidak percaya. Aku langsung keluarkan uang tunai dari tasku, "Aku punya 300 juta kalau kurang Om bilang saja. Bukankah berhutang di tempat saya jauh lebih baik dari pada di Bank? Kalau di Bank ada bunga di saya tidak ada dan kalau di Bank bila terlambat akan kena denda kalau di saya tidak ada batas waktu dan gak ada denda."

Terlihat ayah Jaya masih ragu. Aku juga merasa kesal, "Baik Om, saya batalkan jika Om tidak menjawab sampai Jaya datang ke sini dan Om jangan bilang apa-apa tentang pembicaraan ini."

Ayah Jaya kemudian akhirnya bicara, "Kenapa kamu baik sama Om?"

Tanpa rasa mali aku jawab, "Saya suka sama anak Om dan cinta itu tidak perlu alasan tapi Om lihat sendiri anak Om sepertinya tidak menyukai Saya jadi Saya ingin dukungan Om mengenai hubungan Saya dengan anak Om."

Saya mendengar langkah kaki dan segera mengambil uang tapi dengan cepat Ayah Jaya mengambilnya, "Baiklah Om terima, hutang Om 250 juta di Bank, akan Om kembalikan 50 Jutanya."

Saya yang mulai merasa Jaya akan datang, "Gak perlu Om, segera simpan saja uangnya. Saya tidak mau anak Om melihatnya."

Ayah Jaya langsung menyimpan uangnya. Dan benar saja Jaya datang lalu langsung mau mengajak pergi, "Ayah, saya dan Lina mau segera pergi. Mengantar Lina ke Perusahaannya."

Aku kemudian bicara, "Sebelum pergi aku mau bertemu dengan Pamanmu dulu!"

Jaya terlihat kesal, "Kenapa tidak sekalian saja tadi kamu ikut saat aku ke sana?"

Aku dengan muka polos, "Gak kepikiran."

Aku dan Jaya lalu pergi ke tempat Paman Jaya. Saat kami ingin pergi ayah Jaya menyapa kami, "Nak..."

Jaya lalu menyambut, "Iya ayah?"

Ayah Jaya lalu berucap, "Sepertinya Lina cocok jadi istri kamu."

Jaya dengan bingung menjawab, "Iya."

Kami lalu pergi.


Aku langsung tanya ke Jaya, "Maksudmu jawab 'Iya' itu apa?"

Jaya malah jawab, "Iya, aku pertimbangkan?"

Aku dengan kesal jawab, "Apa aku tidak cantik menurutmu?"

Jaya menjawabnya hingga membuatku bingung, "Justru karena kamu terlalu cantik membuatku merasa kamu tidak cocok sama aku yang tidak tampan ini."

(Bersambung)

Posting Komentar untuk "Hutang Tanpa Bunga dan Tanpa Batas Waktu"