Drama Rumah Tangga
Saya kembali menghubungi perempuan yang pernah dekat dengan saya tapi batal menikah. Saya mengajaknya untuk bertemu di tempat umum yaitu perpustakaan umum. Awalnya saya ragu dia datang tapi akhirnya dia datang dan kami duduk di meja yang sama saling berhadapan.
Aku langsung menyapanya, "Bagaimana kabarmu hari ini, Ama?"
Dia menjawab, "Karena aku datang berarti kabarku baik saja, Yaya."
Tanpa basa basi aku langsung mengutarakan maksudku, "Saat aku tahu kamu masih sendiri dan aku masih sendiri aku punya ide..."
Dia langsung memotongnya dan bicara, "Jika kamu mau ngajak aku menikah, aku sudah bilang kita mungkin bukan takdirnya untuk menikah."
Aku juga langsung jawab sebelum dia memutuskan pergi, "Bagaimana jika kita buat Drama Rumah Tangga Buatan?"
Dia yang awalnya mau beranjak pergi sepertinya tertarik.
Dia lalu kembali duduk, "Maksud kamu?"
Aku langsung menjelaskan sejelas mungkin agar dia paham maksudku, "Semua yang kamu impikan akan aku coba wujudkan di dalam Rumah Tangga Buatan nanti."
Dia terlihat masih belum paham dan aku lalu lanjut bicara, "Kita bisa melakukan pura-pura berumah tangga tapi dengan resmi melakukan pernikahan, jadi mengenai hubungan suami istri kita tidak perlu melakukannya, yang perlu kita lakukan komunikasi seperti suami istri di hadapan orang, saling bersama seperti suami istri di hadapan orang, saling membantu seperti suami istri di hadapan orang, tujuannya agar kita tidak ditanya lagi kapan menikah? Bagaimana kamu tertarik..."
Dia terdiam.
Aku mencoba memberikan sesuatu yang bisa menjadi harapannya, "Bukan hanya orang, tapi keluarga, teman-temanmu. Jadi jika kamu ingin datang ke acara teman atau keluarga kamu bisa bawa aku sebagai suamimu, jika kamu ingin belanja di pasar maka bisa denganku sebagai suamimu yang akan siap membawa belanjaanmu, jika kamu ingin berangkat kerja maka kamu bisa diantar pleh aku sebagai suamimu. Sehingga teman-teman atau keluarga tidak lagi melihat dengan tatapan kasian dan cemas serta rasa kehati-hatian takut menyinggung perasaan seperti yang aku rasakan atau kamu juga merasakannya saat teman teman sudah menikah tapi aku belum menikah saat keluarga sepupu sudah menikah tapi aku belum menikah saat teman kerja sudah menikah tapi aku belum menikah."
Dia lalu bicara, "Aku takut jika mengalami kekerasan rumah tangga..."
Aku lalu memberikan gambaran tentang diriku agar dia tahu seperti apa aku, "Kamu tahu, aku lelaki yang sangat pendiam tapi kalau diajak bicara pasti akan bicara, oleh karena itu mendekati perempuan selalu takut dan tidak berani, entah kenapa dengan kamu aku mampu mendekatimu. Aku juga bukan orang yang pemaksa, buktinya aku diam saja membiarkanmu menjalani kehidupanmu, tapi aku selalu memperhatikanmu melalui media sosialmu, entah kenapa saat melihat kamu belum dimiliki orang lain, aku seperti senang dalam artian karena masih punya harapan, dan ketika kamu menulis postingan tentang impian, aku punya ide untuk mewujudkan impianmu di dalam impianku juga. Seperti yang aku jelaskan sebelumnya. Aku mengerti cara mengendalikan emosi, karena emosi selalu ada pada manusia, aku selalu menjauh sebentar saat emosi kemudian aku akan tenang kembali dengan cepat, jadi kamu jangan takut karena tidak akan pernah aku melalukan kekerasan padamu, seandainya sedikit saja aku keras padamu dengan menggunakan fisik kita bisa akhiri drama rumah tangga buatan ini dengan perceraian resmi."
Dia kembali bertanya, "Apa aku harus mengurus keluargamu?"
Aku langsung menjawab, "Kamu tidak perlu khawatir, aku akan selalu menyiapkan alasan jika kamu disuruh-suruh keluargaku untuk mengurus anggota keluarga yang lain, jadi kamu tidak harus mengurus keluargaku. Aku pastikan itu, kamu bisa tuliskan itu dalam perjanjian rumah tangga buatan kita. Jika kamu disuruh mengurus anggota keluargaku oleh keluargaku maka kamu bisa mengakhiri drama rumah tangga buatan ini dengan perceraian resmi. Aku pastikan tidak menghalangimu."
Dia kembali mengucapkan sesuatu yang membuatku bingung, "Aku sebenarnya ingin berumah tangga sungguhan bukan main-main. Karena rumah tangga ini harusnya sekali dalam seumur hidup."
Aku lalu menjawabnya seadanya, "Ini memang terlihat seperti main-main kalau seperti yang aku jelaskan tapi ini juga seperti rumah tangga sungguhan, karena kita akan melakukan pernikahan resmi di KUA, ada uang yang aku kasih untuk keluargamu sebagai mahar, aku juga akan menafkahimu sebagai suami, kita bisa berumah tangga sampai tua nanti karena akan lebih baik saat tua nanti ada yang pasangan menemani daripada harus sendiri, seperti rumah tangga pada umumnya. Jika kamu sakit aku akan merawatmu, seandainya jika aku sakit kamu boleh meninggalkanku. Selanjutnya kamu bisa menambahkan perjanjian rumah tangga buatan kita nanti. Seperti ingin punya anak kalau kamu mau dan siap, atau tinggal di rumah baru entah nyewa dulu, nyicil perumahan, atau nabung bersama untuk membangun rumah desain dan impian kita sendiri, bikin usaha seperti toko, dan lain lain. Apapun yang kamu inginkan selama aku bisa."
Dia cukup lama berpikir lalu dia bilang, "Aku tidak harus jawab sekarang kan?"
Aku membalasnya, "Tentu, kamu bisa jawab kapanpun. Jika kamu setuju, kamu cukup tuliskan semua impian yang kamu inginkan lalu ajak aku ketemuan di sini lagi dan berikan kertas yang kamu tulis ke aku. Jika aku sanggup, kita bisa mulai bikin drama rumah tangga buatan. Aku akan pastikan drama kita tidak akan kalah dengan drama korea. Meskipun untuk fisik aku tidak sesuai harapan tapi dalam segi cerita aku pasti bisa diharapkan."
Dia kemudian pamit pergi, aku memberikan kata-kata, "lanjutan cerita ini cuma kamu yang bisa lakukan. Jika kamu tidak melanjutkan ceritanya maka cerita ini akan tamat sampai di sini."
Posting Komentar untuk "Drama Rumah Tangga"